Entri Populer

Selasa, 05 Juli 2011

PLH Tentang Tempat Yang kotor



I.                   LATAR BELAKANG
Menurut Mendiknas sekolah sebagai tempat belajar, tidak saja perlu memiliki lingkungan bersih dan sehat, yang mendukung berlangsungnya proses belajar dan mengajar yang baik. Namun, juga diharapkan mampu membentuk siswa yang memiliki derajat kesehatan yang lebih baik."Lingkungan sekolah sehat, tentu akan sangat mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Mendiknas mengingatkan, adalah tugas bersama mewujudkan sekolah dan madrasah menjadi sekolah sehat, yaitu sekolah yang bersih, nyaman dan bebas dari sumber-sumber penyakit. Peserta didiknya sehat jasmani, rohani, dan bugar, serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. "Di lingkungan sekolah yang tertata baik dan bersih akan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan prestasi belajar. termasuk didalamnya rasa kemandirian, jiwa kemandirian, enterpreneurship dan kreativitas, serta membentuk masyarakat yang sadar kesehatan".
Dari pantauan saya kebanyakan sekolah khususnya di SDN Rambatan kulon 1, jauh yang diharapkan, ini disebabkan kurangnya keterlibatan masyarakat sekitar dan kesadaranya untuk menjaga lingkungan.
II.                RUMUSAN MASALAH
1.         Mengapa Bisa kotor ?
2.         Adakah  kesadaran warga dan guru untuk mengatasi masalah tersebut?
3.         Apa upaya yang harus dilakukan?
4.         Perlukah PLH di ajarkan?
5.         Apa Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih ?
6.         Apa Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah?
7.         Bagaimana cara menata dan mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan?

III.             PEMBAHASAN
SDN Rambatan Kulon 1 yang terletak di Desa Rambatan Kulon 1 Kec. Lohbener Kab. Indramayu diduga karena minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara sarana prasarana milik pemerintah, karena bangunan sekolah dasar (SD) tersebut sangatlah kotor (tampak dalam gambar).
Setelah hasil survey saya di SD ini kurang akan kesadaran kebersihan dari siswa-siswinya. Terlebih lebih pada saat diluar jam sekolah. Pada pukul 16.00 lapangan ini sering digunakan oleh beberapa siswa maupun remaja untuk kegiatan olahraga, seperti volley, sepak bola, dan lain lain. Itulah anak-anak dan saya menduga ini dikarenakan minimnya kesadaran dari para orang tua untuk menasehati anak-anaknya agar  tidak bermain di sekitar halaman sekolah tersebut.
Upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana pemerintah mensosialisasikan Kecintaan setiap warga Negara untuk bersih, sehat. Mungkin dari bidang pendidikan saya yakin setiap Guru akan memberikan pelajaran tentang indahnya kebersihan dan bagaimana agar selalu bersih dan sehat.
Bahkan PLH tidak akan 100% menunjang program Bersih atau cinta terhadap lingkungan Jika di lingkungan Keluarga/masyarakat tidak ada mendukung.
Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih Lingkungan sekolah yang terjaga kesehatan serta kebersihannya akan banyak menimbulkan sisipositif bagi warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Beberapa dampak positif yang dapat dimunculkan ketika penataan dan pengelolaan kondisi kesehatan lingkungan sekolah dapatterjaga antara lain :
1.         terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga dengan adanya lingkunganyang bersih tersebut dapat menunjang kelancaran proses kegiatan belajar mengajar.
2.         Tertatanya lokasi sekolah sesuai peruntukannya.
3.         Pemanfaatan lahan sekolah secara optimal.
4.         Adanya kegiatan yang produktif di sekolah.
5.         Taman sekolah yang indah dan berseri.
6.         Pohon pelindung yang menghijau sepanjang tahun.
7.         Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik.
8.         Udara bersih, sejuk, nyaman, dan sehat.
 Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah Pengelolaan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengakibatkan hal-hal berikut :
1.         Kesehatan Lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu kegiatan proses belajar mengajar
2.         Akibat dari system Drainase dan sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan menyebarnya berbagai penyakit
3.         Terciptanya lingkungan kurang sehat dan tidak enak di pandang mata
4.         Kurang adanya pohon sebagai filter dan penetral udara menimbulkan udara yang kotor dan tercemar
5.         Secara tidak langsung dapat mempercepat resiko dari Global warming  

Bagaimana cara menata dan mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan?

1)         Membuat Poster
2)          Pengadaan tempat untuk sampah plastik dan organik Untuk mengajak siswa peduli lingkungan sekolahnya, maka pihak sekolah pun harus peduli danmau memfasilitasi. Caranya dengan menyediakan tempat terpisah untuk sampah plastik danorganik.
3)         Mengajarkan siswa cara mengolah sampah Sampah (barang bekas), seperti kaleng susu, kaleng minuman, botol plastik minuman, koranbekas, dan lainnya sering luput dari perhatian kita bahwa sampah (barang bekas) tersebutdapat didaur-ulang.
4)         Keharusan untuk menumbuhkan sikap berperilaku sadar lingkungan Sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk menyadari dan memahami bahwa polakehidupan antroprosentris harus diubah menjadi pola kehidupan yang mempunyai hubungantimbal balik dengan lingkungannya yaitu satu kehidupan manusia yang seimbang dan harmonisdengan sistem alam.
5)         Pengurangan kuantitas sampah dan penggunaan metode 3R.
`      Untuk mengurangi kuantitas sampah di muka bumi dapat di lakukan dengan kegiatan 3R, yaitu:
1)         Reduce (Mengurangi Sampah)
2)         Reuse (Menggunakan sisa sampah yang masih dapat dipakai)
3)         Recycle (Daur Ulang Sampah)Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkanteknologi dan penanganan khusus.
6)         Menerapkan konsep Green School
7)         Mengadakan sosialisasi LH untuk menumbuhkan budaya hidup bersih di kalangan pesertadidik
.










peranana agama dan konseling dalam BK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan agama pastilah terdapat berbagai macam problem baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini sangat lah memerlukan perhatian khusus dari guru agama, karena guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam membendung dan memfilter pengaruh negatif dari luar, karena kita mengetahui suatu hal yang paling urgen dampaknya. Dalam hal ini adalah kenakalan remaja.
Oleh karena itulah kelompok kami akan membahas dan mengupas peranan agama dan spikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, sesuai dengan referensi yang kami dapatkan dan bermanfaat untuk kami kembangkan, pertamanya kami acuh tak acuh terhadap pokok bahasan ini karena teori- teori yang banyak dikembangkan di buku- buku bimbingan dan konseling adalah teori barat yang sangat minim sekali pada peribahan bimbingan dan konseling dalam sudut pandang islam.tapi rasab acuh tak acuh itu berkembang menjadisebuah kesadaran untuk memotifasi kami membuat suatu makalah yang sangat urgen ini,karena kami menganggap diri kami sebagai kaum intelektual muslim yang masih tahap belajar sering mendapat suatu pertanyaan-pertayaan” dimanakah peranan agama dan nilai budaya (Moral) dalam pengembangan anak?”.
Dan diri kami tersentuh dan bertanya tiada henti, ketika seorang remaja muslim sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam dirinya dan menghianati apa yang telah ia pelajari mulai awal tentang agama norma tersebut.
Maka dari hal itulah kami merumuskan beberapa masalah diantaranya adalah
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa peranan agama dalam Melaksanakan Bimbingan Konseling
1.2.2 Apa peranan Psikologi dalam melaksanakan Bimbingan Konseling



BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN AGAMA DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN KONSELING
A.     Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
 Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
 “Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?”
Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)
 Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang  menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia  selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :
 “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
 “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)
 “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
 Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.
 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)
 “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)
 Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :
 “Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)
 “Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)
 “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)
 Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa  pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
1. Konseling Krisis, yaitu konseling yg diberikan terhadap konseli yang mengalami gangguan dalam upaya mencapai tujuan penting dalam hidupnya selalu ia tanggapi dengan stress.Situasi seperti ini memerlukan respons khusus dari konselor guna membantu konseli yang tak berdaya.Kondisi seperti ini misalnya;
-percobaan bunuh diri
-kehamilan yg tak di kehendaki
-kematian orang yg di cintai
-kecanduan narkoba
-menjadi anggota baru sebuah keluarga
2. Konseling Fasilitatif, yaitu konseling dimana konselor membantu memperjelas permasalahan yang
sebenarnya di hadapi oleh Konseli, sedangkan dalam hal penyelesaian masalahnya adalah atas kemauan dan tanggungjawab konseli itu sendiri.Disebut juga konseling Remedial, dimana Konselor berperan membantu konseli mencapai kemajuan dari keadaan konseli saat ini.Kondisi seperti ini misalnya;
-memilih jurusan
-merencanakan karir
-pergaulan dengan anggota keluarga
-masalah dengan teman
-pengenalan minat dan bakat
3. Konseling Preventif, yaitu Konseling yang befungsi mencegah konseli untuk mengatasi kecemasan
dan melakukan penyimpangan akibat dari perkembangan fisik dan psikisnya. Kondisi seperti ini misalnya;
-pendidikan sex di sekolah dasar terutama bagi siswa perempuan yg akan memasuki masa haid.
-etika pergaulan antara pria dan wanita
-kecenderungan mengucilkan diri
-keterampilan berkomunikasi
4. Konseling Developmental, yaitu konseling yang bertujuan membantu konseli mencapai pertumbuhan pribadi yg positif dalam pelbagai tahapan kehidupan mereka.Kondisi seperti ini misalnya;
-membantu persiapan karir
-pembentukan kemampuan membuat keputusan
B.     Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1.      Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2.      Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3.      Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4.     Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada  Al-Qur’an Al Karim.
5.      Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6.      Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.
PERANAN PSIKOLOGI DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN KONSELING
1.Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e)kepribadian.


a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkanseseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari olehkebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasalapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk darihasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilantertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkandan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupundari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumentalatau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan. 
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yangdibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek  psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat,kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan danmewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individuyang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkanrendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normalatau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula denganlingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaanyang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individuyang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan saranadan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yangdimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnyaindividu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dankognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembanganindividu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dariMcCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3)Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piagettentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembanganmoral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dariBuhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentangtugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masadewasa.Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek  perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor  pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar 
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapatmempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusiamampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baruitulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
e. Kepribadian
Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1978) menemukan hampir 50definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yangdilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadianyang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalahorganisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadaplingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaiandiri.Scheneider (1963) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu prosesrespons individu baik yang bersifat tingkah laku maupun psikologis dalamupaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhankebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sehingga terdapat kaitan erat antara predisposisi individu dengan tuntutan yang ada dalamlingkungannya.Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khassehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Untuk memahami siswa sebagai individu, dipergunakan teori psikologi individual dari Allport (dalam Hall & Gardner, 1978). Definisi kepribadiandari Allport mengemukakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamisdalam individu atas sistem-sistem psikofisis yang menentukan penyesuaiandirinya yang khas terhadap lingkungannya. Aspek-aspek tertentu dari definisi  ini patut mendapat tekanan khusus. Allport mengungkapkan perbedaan kepribadian dengan watak (karakter). Watak merupakan suatu kepribadian yang dievaluasi/dinilai, sedangkan kepribadian adalah watak yang didevaluasi. Sedangkan temperamen merujuk  pada disposisi-disposisi yang sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor  biologis atau fisiologis dan karenanya sangat sedikit sekali mengalami perubahan dalam perkembangan. Temperamen adalah bahan mentah yang bersama dengan inteligensi dan fisik membentuk kepribadian. Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien), maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif danmotivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek  potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya.Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasailandasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harusdikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi pendidikan, atau psikologi kognitif, dan psikologi kepribadian.
Kedudukan dan Peran Tes Dalam BK
Shertzer & Stone (1981) menemukakan enam komponen layanan program bimbingan, yaitu:
1. Appraisal
Layanan appraisal dirancang untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan data obyektif tentang siswa untuk memahami siswa dan membantu siswa memahami dirinya. Data merupakan alat atau media informasi yang perlu digali untuk memperoleh gambaran tentang siswa, baik yang sifatnya internal (potensi siswa, kepribadian, minat, bakat) maupun eksternal (kondisi lingkungan di rumah, dan di luar sekolah). Melalui data atau informasi tentang siswa tersebut, maka konselor dan guru diharapkan dapat lebih memahami siswa dan membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangannya.
2. Informasi
Layanan informasi diselenggarakan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada siswa terkait dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir. Informasi yang dapat diberikan oleh konselor meliputi strategi pengembangan kepribadian, keterampilan pengembangan kemampuan intrapersonal dan interpersonal, kesempatan pendidikan, vokasional, strategi belajar, pengambilan keputusan yang tepat dan bimbingan lain yang terkait.
3. Konseling
Layanan konseling diberikan untuk memfasilitasi pemahaman diri dan perkembangan konseli melalui hubungan individual maupun kelompok. Fokus utama konseling cenderung pada perkembangan pribadi dan pembuatan keputusan berdasarkan pemahaman diri dan pengetahuan lingkungan. Dalam penyelenggaraan layanan konseling, konselor memerlukan data pendukung, baik tes maupun nontes. Data-data ini dihimpun untuk memberikan informasi yang komprehensif pada konseli (siswa).
4. Konsultasi
Konsultasi dirancang untuk memberikan bantuan teknis kepada guru, administrator dan orang tua dalam rangka memberikan layanan secara efektif dan memperbaiki kinerja sekolah. Konsultasi dapat dilakukan dengan meminta narasumber dari ahli terkait seperti ahli medis, bengkel kerja, ahli hukum dalam penyelenggaraan Career Day. Narasumber yang diundang diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua dan siswa tentang potensi siswa.
5. Perencanaan, penempatan dan tindak lanjut
Perencanaan dan penempatan dilakukan untuk membina perkembangan siswa dengan cara membantu memilih dan menggunakan kesempatan di dalam pendidikan dan pasar kerja agar siswa lebih siap dalam menghadapi masa depan. Layanan penempatan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang sesuai bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk berkembang secara optimal.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Ada dua hal penting dalam evalusi yaitu menentukan nilai dan pengambilan keputusan
Kedudukan tes dalam komponen BK dapat diuraikan lebih lanjut berdasar komponen program BK menurut NA PPPK (2008), yaitu:
· Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahao dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
· Pelayanan Responsif
Pelayanan responsive merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidaksegera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Komponen kegiatan yang terdapat dalam pelayanan responsive antara lain: konseling individual dan kelompok; layanan referral; kolaborasi dengan guru atau wali kelas; kolaborasi dengan orang tua; kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah, layanan konsultasi; bimbingan teman sebaya; konferensi kasus; dan kunjungan rumah.
· Perencanaan Individual
Dalam layanan perencanaan individual, konselor membantu peserta menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan atau aspek-aspek pribadi, social, belajar dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kedudukan tes dalam kegiatan perencanaan individual adalah memberikan informasi dalam mengambil keputusan. Hal senada juga disampaikan oleh Anne Anastasia dan Susan Urbina (1971; hal 3) yang menyatakan bahwa testing digunakan dalam bimbingan pendidikan dan jabatan, untuk merencanakan segala aspek dalam kehidupan individu. Perkembangan individu ini menekankan pada penggunaan tes untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan personal. Dalam kerangka kerja ini, skor tes menjadi bagian informasi yang diberikan pada individu dalam proses pengambilan keputusan.

Adapun Metode Bimbingan Dan Konseling Yang Dapat Diterapkan Dalam Keagamaan
Para pembimbing keagamaan memerlukan beberapa metode yang dapat menghampiri sasaran tugasnya antara lain:
2.1 Metoe Interview (wawancara)
Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara langsung.
2.2 Metode kelompok
Yaitu metode yang diakukan diluar kelas atau jam pelajaran yang meliputi karya wisata, diskusi kelompok, osis, dan sosio drama.
Dengan menggunakan kelompok, pembimbing dapat menggembangkan sikap sosial (relasi sosial)
2.3 Metode Non Directif (Tidak Mengarahkan)
Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klient sebagai mahluk yang bulat yang memilii kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri.
Dr. Willam E. Hulme metode ini sangat cocok di gunakan oleh penyuluh Agama, karena kondelor akan lebih memahami kenyataan penderitaaan klient yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainya.
2.4 Metode directive conseling
Directive conseling merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena counselor dapat secara langsung memberikan jawaban terhadap problem yang o;eh klient disadari menjadi sumber kecemasannya.
2.5 Metode educatif (pencerahan)
Metode educatif adalah pemberian pencerahan terhadap unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorrang dan selanjutnya koonselor menganaliisa fakta kejiwaan klient untuk penyembuuan.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2.      Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3.      Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4.     Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada  Al-Qur’an Al Karim.
5.      Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6.      Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e)kepribadian.


Saran
Dalam pembuatan dan perumusan makalah, kami yang sangat sederhana, tentulah banyak suatu kekurangan yang akan timbul. Apabila makalah kami diteliti oleh seseorang ahli ataupun pembaca yang budiman, hal ini terjadi karena memang kami masih dalam proses belajar. Dengan kondisi dunia keilmian yang bersifat dialektikan maka suatu karya pastilah terdapat kekurangan.
Oleh karena itulah sebagai intelektual yang terus belajar menuju suatu kebenaran yang subtansial, maka kami berharap kepada pembaca yang budiman agar memberikan saran yang konstruktif sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.